Rabu, 22 Januari 2025

MAPEL SISKOM BAB 5

                                                             BAB 5

                                  Elektronika Dasar


Sebuah komponen elektronika merupakan bagian penting dalam suatu rangkaian elektronika yang saling berkaitan satu sama lain. peralatan elektronika identik dengan sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa jenis komponen elektronika dan masing-masing komponen elektronika tersebut memiliki fungsi-fungsinya tersendiri di dalam sebuah rangkaian elektronika.


A.Elektronika Dasar

Mempelajari elektronika pada dasarnya berhubungan dengan materi elektronika yang tampak dan tidak tampak. Sebab jika salah satu komponen rusak, maka rangkaian elektronika tersebut tidak akan bekerja dengan baik. Alat umtuk menguji dan mengukur komponrn elektronika bernama multimeter (AVO meter).


1.Kelistrikan

kelistrikan identik dengan sifat benda yang muncul dari adanya muatann listrik. Namun sesungguhnya, muatan listrik yang bergerak di dalam konduktor merupakan muatan listrik negatif (elektron) dengan arah aliran elektron berbanding terbalik dengan arah aliran muatan positif.


 2. Komponen Elektronika

komponen elektronika berupa alat pendukung suatu rangkaian elektronika yang menempel langsung pada papan rangkaian PCB,CBC,protoboard maupun veroboard dengan cara disolder atau tidak menempel langsung pada papan rangkaian (dengan bantuan alat penghubung tertentu, misalnya kabel). 


A. Resitor

komponen ini berfungsi untuk mengatur aliran arus listrik. Misalnya resitor dipasang seri dengan LED (Light-Emitting Dode) untuk membatasi besar arus yang melalui LED.


B.Kapasitor

Michael Faraday (1791-1867) merupakan orang yang pertma kali menemukan kapasitor, sehingga namanya diabadikan menjadi satuan farad (f).


1) Kapasitor Polar

2) Kapasitor Nonpolar

3) Kapasitor Variabel

4) Kapasitor Trimmer


C.Induktor 

Induktor pada rangkaian DC dapat digunakan untuk memperolah tegangan DC konstan terhadap fluktuasi arus. Sedangakan induktor pada rangkai AC mampu meredam fluktuasi arus yang tidak diinginkan.

D. Dioda

Komponen ini berfungsi untuk membuat arus listrik mengalir pada satu arah saja. Arahanya tersebut ditunjukkan oleh arah istrik mengalir pada satu dioda. Seperti halnya orang yang mengeluarkan energi unda panah pada simbol melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda. Tegangan listrik akan berkurang sekitar 0,7 volt saat arus listrik melewati dioda (yang terbuat dari silikon). Tegangan sebesar 0,7 volt ini disebut forward voltage drop. Jenis dioda dapat dikategorikan sebagai berikut.


1) Dioda Signal


Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus kecil, yaitu hingga 100 mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang ter buat dari bahan silikon.


2) Dioda Recitifier


 Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda tersebut berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating maksimum arus yang dapat dilewatkan sama dengan 1A atau lebih besar dan maximum reverse voltage sama dengan 50 V atau lebih besar.


3) Dioda Zener


Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang tetap ketika reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse voltage, meski nilainya berubah-ubah, asalkan berada di daerah breakdown, maka te-gangan dioda zener tersebut akan tetap.

e. Transistor


Komponen ini berfungsi sebagai penguat arus. Karena besar arus yang dikuatkan dapat diubuah ke dalam bentuk tegangan, maka dapat di diubah juga bahwa transistor dapat menguatkan tegangan. Selain itu, transistor juga dapat berfungsi sebagai ngach elektronik. Ada dua jenis transistor, yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki tiga kaki yang masing-masing harus dipasang secara tepat. Kesalahan pemasangan kaki-kaki transistor akan dapat merusakan transistor secara langsung. Perlu dicatat bahwa pada badan tran-sistor tidak ada label yang menunjukan bahwa kaki transistor tersebut adalah B, C, atau E. Dengan demikian, sebelum memasang sebuah transistor, pastikan di mana kaki B, C, dan E dengan membaca datasheet-nya. Di dalam penggunaannya harus pula diperhatikan dua rating: daya disipasi kolektor, yaitu VCE x IC, dan breakdown voltage, yaitu VBE reverse.

f. Transformator


Transformator disingkat trafo. Trafo terdiri atas dua buah lilitan yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. Trafo bekerja berdasarkan bisah lilitan yaitu lilitan medan listrik, yang dapat digunakan untuk menaikkan atau tem perubahan gaya listrik AC.


g. Relay


Relay identik dengan sakelar (switch) elektrik yang bekerja berdasarkan medan magnet. Relay terdiri dari suatu lilitan dan switch mekanik yang akan bergerak jika terdapat arus listrik yang mengalir melalui lilitan. Susunan kontak pada relay adalah sebagai berikut.

1) Normally Open sebagai jenis relay yang akan menutup bila dialiri arus listrik.


2) Normally Close sebagai jenis relay yang akan membuka bila dialiri arus listrik.


3) Changeover sebagai jenis relay yang memiliki kontak tengah yang akan melepaskan diri dan membuat kontak lainnya berhubungan.


h. Thyristor


Komponen ini banyak digunakan sebagai sakelar elektronik sehingga sering disebut SCR (Silicon Controlled Rectifier). Thyristor akan menghantar arus listrik dari anoda ke katoda jika pada kaki gate diberi arus ke arah katoda. Karenanya kaki gate harus diberi tegangan positif terhadap katoda. Pemberian tegangan akan menyulut thyristor, dan ketika tersulut thyristor akan tetap menghantar. SCR akan terputus jika arus yang melalui anode ke katode menjadi kecil atau gate pada SCR terhubung dengan ground.


i. Tranducer


Tranducer identik dengan pengoperasian kerja suatu rangkaian yang lebih mudah diukur atau dikendalikan oleh besaran listrik di mana terjadi perubahan dari suatu besaran ke besaran lainnya. Komponen elektronika yang termasuk ke dalam tranducer di antaranya LDR (Light Dependent Resistance), NTC (Negative Temperature Coeffisient), dan PTC (Positive Temperature Coeffisient).


3. Skema Rangkaian Elektronika


Skema rangkaian elektronika diperlukan sebagai panduan dalam pembuatan rangkaian elektronika. Skema rangkaian elektronika sebaiknya didesain dahulu sebelum melakukan proses pembuatan rangkaian elektronika. Proses pembuatan skema rangkaian elektronika dapat dilakukan dengan cara manual dan aplikasi komputer.


a. Layout PCB


Layout PCB (papan rangkaian tercetak) berfungsi merakit komponen-komponen elektronika menjadi rangkaian elektronika. Layout PCB sebagai hasil penerapan skema rangkaian elektronika yang telah disesuaikan dengan bentuk fisik kom-ponen dan tata letak komponen elektronika untuk membuat suatu sistem atau fungsi pemroses sinyal.


b. Komponen Elektronika


Komponen elektronika diterjemahkan sebagai salah satu bahan utama dalam membuat rangkaian elektronika. Komponen elektronika yang digunakan untuk membangun suatu rangkaian elektronika ditentukan sesuai dengan skema rangkaian elektronika yang dibuat.


c. Peralatan Elektronika


Peralatan untuk membuat suatu rangkaian elektronika pada umumnya berupa obeng, solder, timah solder, tang potong, dan tang lancip. Penggunaan peralatan elektronika tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dalam perakitan rangkaian elektronika.

Selasa, 21 Januari 2025

MAPEL PROGDAS BAB5 PENGGUNAAN ARRAY DAN FUNGSI



                              Penggunaan Array dan Fungsi



Jika sebuah buku memiliki seribu halaman, namun tidak dibagi ke dalam bab atau bagian. Jika ingin mencoba untuk menemukan satu topik dalam buku ini akan sangat sulit. Real-world program dapat dengan mudah ada ribuan baris kode, kecuali melakukan modularized, mereka bisa jadi sangat sulit untuk mengubah dan memelihara. Oleh sebab itu, fungsi dapat berperan dalam kasus ini. Alasan lain untuk menggunakan fungsi adalah untuk menyederhanakan program. Jika tugas tertentu dilakukan di beberapa tempat di sebuah program, sebuah fungsi dapat ditulis sekali saja untuk melakukan tugas itu, kemudian akan dijalankan kapan saja dibutuhkan.

Sebuah program dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dikehendaki dengan memiliki variabel-variabel yang dapat menampung banyak nilai. Dalam kondisi tersebut, array dan fungsi dalam bahasa pemrograman dapat digunakan sebaik-baiknya. Sebagai contoh variabel skor yang mencatat nilai ujian dari 50 siswa. Demikian juga variabel gaji guna menampung gaji yang berlainan dari setiap karyawan suatu perusahaan. Dalam dunia nyata array digambarkan seperti loker lemari yang memiliki sebuah nomor dalam array yang disebut sebagai indeks, sedangkan isi lemari dalam array disebut elemen.

Tanda kurung kurawal [ ] digunakan untuk menunjukkan elemen array, di mana perhitungan elemen array dimulai dari 0 dan bukan dari 1. Guna mendeklarasikan suatu variabel array, komponen yang dibutuhkan adalah tipe data elemen array yang akan disimpan dalam variabel array, nama array sebagai nama dari variabel array, serta jumlah elemen array yang dibutuhkan dalam array tersebut.

A. Array sebagai Penyimpanan Data

Array (larik) identik dengan kumpulan data-data bertipe sama dan menggunakan nama yang sama. Nilai-nilai data di suatu array disebut dengan elemen-elemen array yang letak urutannya ditunjukkan oleh suatu subscript (indeks). Dengan menggunakan array, sejumlah variabel dapat memakai nama yang sama. Namun demikian, antara satu variabel dengan variabel yang lain di dalam array dibedakan berdasarkan subscript. Sebuah subscript berupa bilangan di dalam tanda kurung siku (kurawal). Melalui subscript inilah setiap elemen array dapat diakses. Nilai subscribe pertama secara default adalah 0. Bila kita menyatakan int x[10], hal ini berarti 10 elemen yang dimulai dari 0. Karena itu elemen terakhir array adalah x[9]. Hal ini terjadi karena pada dasarnya C++ tidak pernah mengecek array.

1. Pengertian Array

Array pada dasarnya adalah sebuah variabel yang memiliki suatu nama tertentu, namun di dalamnya terbagi menjadi berbagai variabel yang dibedakan berdasarkan nomor indeks. Sebuah variabel yang terbagi berdasarkan nomor indeks memiliki tipe data yang sama. Dengan pengecualian pada string karakter, semua tipe hingga sampai saat ini hanya dapat menampung sebuah nilai.


Pada saat membuat variabel array, kita dapat membagi variabel tersebut menjadi n buah elemen array, di mana setiap elemen ditandai dengan suatu nomor indeks yang selalu dimulai dari angka 0 (nol). Sehingga bila membuat variabel array bernama num dan membaginya menjadi 5 buah elemen, maka variabel yang terbentuk adalah num[0], num[1], num[2], num[3], dan num[4]. Guna memanggil nilai dari elemen tersebut, hanya perlu memanggil nama variabelnya dan nomor indeksnya saja. Bentuk umum dalam mendeklarasikan suatu variabel array adalah sebagai berikut.

a. Array Dimensi Satu

Array dimensi satu identik dengan data-data akan disimpan dalam satu baris array yang hanya dibutuhkan satu penomoran indeks. Pada dasarnya, data array akan disimpan dalam memori yang berurutan dengan elemen pertama memiliki indeks bernilai 0. Misalnya sebuah variabel niali_uji yang dideklarasikan sebagai array dengan 9 elemen, maka elmen pertama memiliki indeks sama dengan 0, dan elmen terakhir memiliki indeks 8.

b. Array Dimensi Dua

Array dua dimensi identik dengan perluasan dari array satu dimensi. Array dua dimensi terdiri dari beberapa baris dan beberapa kolom elemen yang bertipe sama, sedangkan pada array satu dimensi hanya terdiri dari sebuah baris dan beberapa kolom elemen saja. Hal ini berarti memberikan kesempatan untuk menyimpan data baik dalam bentuk baris maupun dalam bentuk kolom. Oleh karena menyimpan data ke dalam baris dan kolom, maka dibutuhkan dua buah nilai indeks.

c. Array Multidimensi

Array multidimensi diterjemahkan sebagai suatu array yang memiliki ukuran lebih dari dua. Bentuk pendeklarasian array multidimensi memiliki kemiripan dengan deklarasi array dimensi satu maupun dimensi dua. Deklarasi array tersebut adalah sebagai berikut.

2. Deklarasi Array

Guna mendeklarasikan sebuah array, harus menyebutkan tipe dari array yang dibuat, seperti int, float, ataupun double beserta ukuran array-nya. Guna menentukan ukuran array, maka penempatan jumlah nilai bisa disimpan dalam tanda kurung siku (kurawal) pada sebuah nama array. Saat mendeklarasikan sebuah array, maka compiler C++ akan mengalokasikan memori untuk menampung semua elemen sesuai dengan yang dideklarasikan. Metode yang umum dalam mendeklarasikan variabel array sebagai berikut.

a. Elemen Kosong

Elemen kosong digunakan untuk mendeklarasikan variabel array tanpa memasukkan nilai ke dalam variabel tersebut. Misalnya int nomor [6]; yang berarti instruksi tersebut menyatakan suatu variabel array bernama 'nomor bertipe integer dideklarasikan dan memesan elemen array berjumlah 6 buah. Nilai 6 yang berada di dalam tanda kurung menunjukkan jumlah elemen array, bukan menunjukkan elemen array yang ke-6. Jadi, elemen array tersebut dimulai dari angka 0 sampai 5. Elemen terakhir dari array umumnya diisi dengan karakter '0. Karakter ini akan memberitahu compiler bahwa akhir dari elemen array telah dicapai. Walaupun programmer tidak dapat melihat karakter tersebut secara eksplisit, tetapi compiler mampu mengetahui dan membutuhkannya.

b. Elemen Pointer

Elemen pointer digunakan untuk mendeklarasikan variabel array dengan memasukkan nilainya sekaligus ke dalam variabel tersebut. Misalnya int nomor [6] = {28, 10, 23, 20, 9, 14 }; yang berarti instruksi tersebut menyatakan bahwasuatu variabel array bernama 'nomor' bertipe integer dideklarasikan dan memesan elemen array berjumlah 6 buah. Kemudian, nilai pada setiap elemen array disimpan sesuai urutan pada instruksi tersebut.

3. Mengurutkan Elemen Array

Metode-metode yang digunakan untuk mengurutkan data array, antara lain Exchange Sort, Selection Sort, Bubble Sort, Shell Sort Binary Insertion Sort, dan lain-lain.Namun, metode yang paling mudah dan banyak digunakan adalah Selection Sort, Bubble Sort, dan Insertion Sort.  

a. Selection Sort

Metode Selection Sort menggunakan elemen-elemen yang diperbandingkan satu per satu hingga elemen terakhir dan disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Langkah-langkah mengurutkan array menggunakan metode Selection Sort adalah sebagai berikut.

1) Proses 1

Variabel indeks diberi nilai 1 (data ke-1) kemudian data indeks dibandingkan dengan data ke-2. Jika data indeks lebih besar, maka nilai indeksnya diganti dengan 2 (data ke-2). Jika tidak, nilai indeksnya tetap. Kemudian, data indeks dibandingkan lagi dengan data ke-3. Jika datanya lebih besar, maka nilai indeks harus ditukar. Setelah selesai, nilai indeks diperiksa apakah sudah berubah atau belum. Jika nilai indeks mengalami perubahan, maka data ke-1 harus ditukar dengan data indeks.

2) Proses 2

Variabel indeks diberi nilai 2 (data ke-2) kemudian data indeks dibandingkan dengan data ke-3. Jika data indeks lebih besar, maka nilai indeksnya diganti dengan 3 (data ke-3). Kemudian, data indeks dibandingkan lagi dengan data ke-4. Jika datanya lebih besar, maka nilai indeks harus ditukar. Setelah selesai, nilai indeks diperiksa sudah berubah atau belum. Jika nilai indeks mengalami perubahan, maka data ke-2 ditukar dengan data indeks. Demikian seterusnya hingga proses berlanjut di mana jumlah elemen array dikurangi satu.

b. Bubble Sort

Metode Bubble Sort sebagai sebuah pengurutan yang diinspirasi oleh gelembung sabun yang ada di dalam permukaan air. Oleh karena berat jenis gelembung sabun lebih ringan dibandingkan berat jenis air, maka gelembung sabun akan selalu meng-apung. Prinsip pengapungan ini juga dipakai pada pengurutan gelembung. Elemen paling kecil "diapungkan" yang artinya diangkat ke atas (atau ke ujung paling kiri) melalui pertukaran. Proses pengapungan ini dilakukan sebanyak kali langkah,

Langkah-langkah mengurutkan array menggunakan metode Bubble Sort dilakukan dengan membandingkan data ke-1 dengan data ke-2. Jika data ke-1 lebih besar, maka kedua data ditukar. Selanjutnya membandingkan data ke-2 dengan data ke-3, jika data ke-2 lebih besar, kedua data ditukar lagi hingga data terakhir, sehingga data kedudukannya akan bergeser-geser dengan sendirinya. Hal yang perlu dipahami adalah pergeseran data (pembandingan) sampai data terakhir yang dikurangi satu.

Kelebihan Bubble Sort adalah metode yang paling simpel, mudah dipahami algoritmanya, mudah untuk diubah menjadi kode, definisi terurut terdapat dengan jelas dalam algoritma, dan cocok untuk pengurutan data dengan elemen kecil telah terurut. Sedangkan kelemahan Bubble Sort adalah pada saat mengurutkan data yang sangat besar akan mengalami kelambatan luar biasa, atau dengan kata lain kinerja memburuk cukup signifikan ketika data yang diolah cukup banyak. Kelemahan lain adalah jumlah pengulangan akan tetap sama jumlahnya walaupun data sesungguhnya sudah cukup terurut. Hal ini disebabkan setiap data dibandingkan dengan setiap data yang lain untuk menentukan posisinya.

c. Insertion Sort

Metode Insertion Sort sebagai bentuk pengurutan dengan menyisipkan elemen larik pada posisi yang tepat. Pencarian posisi yang tepat dilakukan dengan pencarian beruntun. Selama pencarian posisi yang tepat dilakukan pergeseran elemen larik. Metode jenis ini memiliki kemiripan dengan cara orang mengurutkan kartu selembar demi selembar, kartu diambil dan disisipkan (insert) ke tempat yang seharusnya. Langkah-langkah mengurutkan array menggunakan metode Insertion Sort dilakukan dengan pengurutan yang dimulai dari data ke-2 sampai dengan data terakhir. Jika ditemukan data yang lebih kecil/besar, segera ditempatkan pada posisi yang seharusnya.

Kelebihan menggunakan Insertion Sort adalah sederhana dalam penerapannya, efektif dalam data yang kecil, jika list sudah terurut atau sebagian terurut maka Insertion Sort akan lebih cepat dibandingkan dengan Quicksort, efektif dalam data yang sebagian sudah terurut, lebih efektif dibanding Bubble Sort dan Selection Sort, loop dalam pada Insertion Sort sangat cepat, sehingga membuatnya salah satu algoritma pengurutan tercepat pada jumlah elemen yang sedikit dan stabil.

Adapun kekurangannya adalah banyaknya operasi yang diperlukan dalam mencari posisi yang tepat untuk elemen larik, untuk larik yang jumlahnya besar ini tidak praktis, jika list terurut terbalik sehingga setiap eksekusi dari perintah harus memindai dan mengganti seluruh bagian sebelum menyisipkan elemen berikutnya, dan membutuhkan waktu O(n2) pada data yang tidak terurut, sehingga tidak cocok dalam pengurutan elemen dalam jumlah besar.

Rabu, 08 Januari 2025

Mapel Siskom Bab 3

A.Penerapan Operasi Logika Aritmatik

ALU (Arithmetic Logic Unit) identik dengan salah satu bagian dari sebuah mikroprosesor yang berfungsi untuk melakukan operasi hitungan aritmetika dan logika. Beberapa bentuk penggunaan operasi aritmetika dapat dilihat pada operasi penjumlahan dan pengurangan, sedangkan operasi logika dapat dilihat pada logika AND dan OR. ALU melakukan operasi aritmetika dengan dasar pertambahan, sedangkan operasi aritmetika yang lainnya seperti pengurangan, perkalian, dan pembagian dilakukan dengan dasar penjumlahan. Operasi logika (logical operation) meliputi perbandingan dua buah elemen logika dengan menggunakan operator logika, yaitu sama dengan (=), tidak sama dengan (<>), kurang dari (<), kurang atau sama dengan dari (<=), serta lebih besar dari (>).

1. Rangkaian Half Adder

Half adder identik dengan suatu rangkaian penjumlahan sistem bilangan biner yang paling sederhana. Rangkaian ini hanya dapat digunakan untuk operasi penjumlahan data bilangan biner sampai 1 bit saja. Rangkaian half adder memiliki 2 terminal input untuk 2 variabel bilangan biner dan terminal summary out (SUM) dan carry out (CARRY) sebagai terminal outputnya. Rangkaian half adder sering disebut sebagai rangkaian penjumlah tak lengkap. Jika sebuah half adder memiliki dua masukan (A dan B), dan dua keluaran (S dan Cy), maka hasilnya adalah sebagai berikut
a. Jika A = 0 dan B = 0 dijumlahkan, maka hasilnya adalah 5 (Sum) = 0.
h. Jika A = 0 dan B = 0 dijumlahkan, maka hasilnya adalah 5 (Sum) = 1.
c. Jika A = 1 dan B = 1 dijumlahkan, maka hasilnya adalah S (Sum) = 0 dengan nilai pindahan Cy (Carry Out) = 1.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai logika dari Sum pada rangkaian half adder sama dengan nilai logika pada gerbang XOR, sedangkan nilai logika Cy identik dengan gerbang logika AND. Oleh sebab itu, dapat ditentukan beberapa aturan-aturan dalam melakukan penambahan biner dua bit adalah sebagai berikut.Pada aturan 4 menyatakan bahwa penjumlahan biner 1+1 10 (desimal 2). Angka I hasil penjumlahan dibawa ke kolom yang memiliki tingkatan lebth tinggi sehingga bisa dinyatakan memiliki carry lika rancangan diagram logika menggunakan XOR dan AND dengan masukan menggunakan simbol A dan B sedangkan keluaran diberi simbol 2 yang berarti jumlah (SUM) dan simbol C, hal ini berarti sebagai bawaan keluar (Carry Out). Berdasarkan perhitungan tersebut, pembuatan diagram logika dan penambahan setengah (half adder) dengan input A dan 8. simbol half adder, dan tabel kebenaran dapat dilihat pada gambar berikut.

2. Rangkaian Full Adder

Full Adder (FA) identik dengan rangkaian elekronik yang bekerja melakukan perhitungan penjumlahan penuh dari dua bilangan biner yang masing-masing terdiri dari 1 bit. Hal ini dikarenakan pada rangkaian jenis ini memiliki 3 input dan 2 output, di mana salah satu impur identik dengan nilai dari pindahan penjumlahan, salah satu output-nya dipakai sebagai tempat nilai pindahan, dan sisanya sebagai hasil dari penjumlahan. Dengan demikian, rangkaian full adder bisa digunakan untuk menjumlahkan bilangan biner yang lebih dari 1 bit. Selain itu, rangkaian full adder dapat dibentuk oleh gabungan 2 buah rangkaian half adder dan sebuah gerbang OR untuk menjumlahkan carry output. Pada penambahan penuh muncul aturan kelima yang menyatakan suatu penjumlahan setengah tidak akan bekerja bila muncul carry-in. Oleh karena itu, penambahan penuh memiliki tiga masukan yaitu A, B dan C-in akan menghasilkan keluaran berupa SUM dan C (carry out).

3. Rangkaian Ripple Carry Adder

Ripple carry adder identik dengan rangkaian penjumlah N bit yang memiliki increment (INC), sehingga hasil penjumlahan bilangan A dan B akan kelebihan 1 (satu). Increment merupakan input carry yang diberikan sinyal "1"

a. Fungsi Penjumlahan

ALU tidak memproses bilangan desimal melainkan bilangan biner. Sebelum memahami rangkaian-rangkaian di dalam sebuah ALU, harus mengetahui bagai mana penjumlah bilangan biner itu dilaksanakan. Terdapat lima aturan dasar penjumlahan yang harus diketahui sebagai berikut.

0.0

<=0

a + 1 = 1

1+0 -1

1+1 0/+1 sebagai simpanan (carry)

1 + 1 + 1 = 1l + 1 sebagai simpanan

Pada penggunaan bilangan biner yang lebih besar, misalnya dalam bilangan desimal, maka penjumlahan biner harus dilakukan kolom demi kolom. Misalnya, 11011 + 11010 dengan cara penghitungan dimulai dari kolom yang bernilai kecil (least sigfinicant bit). Kemudian dengan menjumlahkan bit-bit kolom kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

b. Fungsi Pengurangan

Pengurangan langsung pada umumnya telah diterapkan dalam operasi kom- puter. Namun, untuk pengurangan bilangan biner yang lebih besar dilakukan dengan cara berbeda. Misalnya, menghitung pengurangan 111 - 101. Dari kolom paling kanan, 1 - 1 = 0, kemudian 1-0 = 1, dan akhirnya 1-1 = 0, sehingga hasilnya adalah 0011. Hal ini dapat terjadi jika dalam kolom bernilai kecil (least sigfinicant bit) 1-0 = 1, maka pada kolom kedua harus meminjam dan berlanjut ke kolom selanjutnya sehingga menjadi 1-0-1 = 1. Sedangkan pada kolom ketiga menjadi 0-0 = 0 dan kolom keempat 1 - 1 = 0.
Guna melakukan penghitungan pengurangan pada bilangan biner berlaku aturan-aturan berikut. 

WAN BAB4

Fungsi Alat Kerja dan Penyambungan  Kabel Fiber Optic M edia transmisi fiber optik sudah menggantikan eranya media copper (tembaga) dengan a...